Wednesday 14 September 2022
Octaviana Latong
1795
Morowalikab.go.id-Bungku- Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Morowali melaksanakan Audit Kasus Stunting (Aksi) dan Manajemen Kasus Stunting, Bertempat di Ruang Pola Kantor Bupati, Rabu (14/09/22).
Kegiatan dibuka oleh Wakil Bupati Morowali, Dr.H.Najamudin, S.Ag., S.Pd., M.Pd. Turut dihadiri oleh Staf Ahli Bidang Kesejahteraan Rakyat Setkab Morowali Abdul Malik Hafid,S.Hi., M.Si., Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kab. Morowali Ashar Ma'ruf, M.Si., Pengemban Teknologi Pembelajaran Ahli Madya BKKBN Sulteng Ir. Kartini M.,Si., Bersama Anggota, Direktur RS. Morowali Dr. Agus Partang.
Kegiatan Diikuti oleh Para Pimpinan OPD Lingkup Pemkab Morowali, Para Camat, Kepala Puskesmas Se Kabupaten Morowali, Koordinator PLKB serta Tamu Undangan lainnya.
Bertindak sebagai Moderator Sekretaris PP dan KB Siti Magfirah,S.Km., M.Km. Narasumber adalah Dr. Grace Mantong, Sp.A, Tentang Stunting terhadap tumbuh kembang anak dan Dr. Hendra Santoso, Sp.Og., Tentang Skrining Kehamilan Resiko Tinggi.
Dalam sambutan tertulis Kepala BKKBN Sulteng, yang dibacakan oleh Ir. Kartika mengatakan bahwa Stunting menjadi ancaman bagi Indonesia, karena berpengaruh buruk terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimana merupakan penduduk yang akan menjadi generasi penerus bangsa.
Ditambahkannya, bahwa Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, Prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4% dan masih masuk dalam kategori Negara dengan angka Stunting tinggi. Sementara itu Provinsi Sulawesi Tengah masuk dalam 8 (delapan) besar provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki prevalensi stunting yang tertinggi.
"Berdasarkan data SSGI tahun 2021, prevalensi stunting di Sulawesi Tengah berada pada angka 29,7% yang berarti setiap 100 balita yang ada terdapat kurang lebih 30 anak yang masuk dalam kategori stunting. Sedangkan 3 kabupaten terbesar yang memberikan andil negatif terhadap tingginya angka stunting di Sulawesi Tengah yaitu berturut-turut kabupaten Sigi sebanyak 40,7%, Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 31,7%, dan Kabupaten Banggai Kepulauan sebanyak 30,6%. Sedangkan prevalensi balita stunting di Kabupaten Morowali sebanyak 28,9%, yang berarti setiap 100 balita terdapat 28 anak yang masuk dalam kategori stunting." Ungkapnya.
Diharapkan dalam percepatan penurunan stunting di Sulawesi Tengah, pelaksanaan kegiatan audit kasus stunting dapat terlaksana di setiap jenjang kabupaten/kota. Sehingga kegiatan ini memiliki daya ungkit dalam percepatan penurunan stunting yang diharapkan prevalensi balita stunting di tahun 2024 menjadi 14 persen.
Sementara itu, Wakil Bupati Najamudin menyampaikan peningkatan kualitas manusia merupakan salah satu misi dengan salah satu indikator dan target prevalensi stunting pada balita.
" Prevalensi stunting balita yang masih sangat banyak di Indonesia harus segera diselesaikan secara holistik dan terintegrasi dengan multisektor oleh seluruh pemangku kepentingan. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada dibawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. (Perpres 72 tahun 2021)" Pungkasnya.
Wabup Najamudin juga menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah terus mendukung dan berupaya memberikan bantuan melalui program-program oleh Dinas terkait dalam rangka mengentaskan penurunan stunting di Kabupaten Morowali.
Ia berharap, melalui rapat ini seluruh stakeholder terkait dapat saling berkoordinasi dengan baik, memberikan masukan dan arahan serta bimbingan terutama terkait program kerja dan arahan kebijakan yang diperlukan dalam upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Morowali.
Adapun tujuan dari pelaksanaan audit kasus stunting adalah Mengidentifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran, Mengetahui penyebab risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran sebagai upaya pencegahan dan perbaikan tata laksana kasus yang serupa, Menganalisis faktor risiko terjadinya stunting pada balita/balita stunting sebagai upaya pencegahan, penanganan kasus dan perbaikan tata laksana kasus yang serupa, Memberikan rekomendasi penanganan kasus dan perbaikan tatalaksana kasus serta upaya pencegahan yang harus dilakukan.