Monday 22 February 2021
Winda Bestari
1413
morowalikab.go.id - Bungku - Senin, (22/02) Bertempat di Aula Dinas Kesehatan PP dan KB, rapat pertemuan kedua tim konvergensi Percepatan Penurunan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting Pemerintah Kabupaten Morowali digelar. Rapat tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan tahapan kegiatan aksi satu (#1) hingga delapan (#8) dalam Percepatan Penurunan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting tingkat Kabupaten Morowali. Rapat pertemuan kedua ini, menandai telah dimulainya Aksi #1 (Pemetaan dan Analisis Situasi) dalam menentukan langkah-langkah terkait perencanaan kegiatan penurunan stunting tahun 2022. Adapun langkah aksi #1 meliputi; identifikasi sebaran stunting, ketersediaan program, dan kendala dalam pelaksanaan integrasi intervensi gizi di Kabupaten Morowali.
Rapat dipimpin langsung oleh Kepala Bappeda Morowali, Drs. Emil Monto, M.Si., dan didampingi oleh Sekretaris Dinkes PP dan KB Morowali, H. Mulyana M. Achyar, S.Sos., MM. Hadir pula di antaranya Pejabat eselon I, II dan III dari OPD teknis yang tergabung dalam tim konvergensi Percepatan Penurunan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting.
Berdasarkan data dari Dinkes PP dan KB, angka stunting di Kabupaten Morowali sejak 2019 hingga tahun 2020 turun secara signifikan. Diketahui, dari angka 34% persebaran stunting turun menjadi 12% pada tahun 2019. Hebatnya, pada tahun 2020 angka stunting kembali menurun hingga 7,73%.
Kepala Bappeda, Emil Pontoh menyebut, Pemkab boleh berbangga namun tidak boleh puas atas pencapaian itu. Sebab menurut dia, dalam kasus stunting yang bersifat dinamis, tentu membutuhkan kinerja ekstra dalam penanganannya.
"Kita (red: Pemerintah) jangan cepat puas atas hasil yang dicapai. Sebab, kasus ini dinamis, karena angka kelahiran terus bertambah setiap saat. Sehingga, pendampingan mulai dari pola asuh orangtua hingga intervensi pemberian gizi kepada anak harus terus dikawal", pungkasnya.
"Momen hari ini sangat penting, pada aksi #1 ini kita akan mereview, mengidentifikasi dan melihat apakah ada penambahan prevalensi, ataukah stagnan ataupun berkurangnya kasus stunting", lanjut Emil.
Olehnya, ia menargetkan tahun kedua dalam pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan dapat menurun ke angka 5% hingga 4% agar Morowali menjadi contoh terbaik dalam penanganan stunting. Emil juga mengimbau kepada masing-masing OPD yang terlibat mampu memberikan informasi valid terkait kendala yang terjadi agar segera dibenahi bersama.
"Di tahun kedua penanganan stunting, Morowali harus ada inovasi baru untuk bergerak bersama. Mari merumuskan sesuai tanggungjawab kita di masing-masing OPD, agar menemukan solusi dari masalah yang ada. Tingkatkan komunikasi, untuk bergerak bersama, semoga daerah kita menjadi Kabupaten inspiratif dalam penanganan stunting", ucapnya.