Thursday 20 July 2023
Ketut Suta
777
Morowalikab.go.id, Bungku - Bupati Morowali, Drs. H. Taslim didampingi Sekda, Drs. Yusman Mahbub, Asisten I Pemerintahan dan Kesra, Ir. Moh Rizal Badudin dan Ketua Dewan Adat Tobungku, Drs. Maizun Ilwan Ridhwan menerima kunjungan tim peneliti Situs Topogaro, bertempat di Kantor Bupati Morowali, Desa Bente, Kecamatan Bungku Tengah, Jumat (21/7/2023).
Rombongan tiba di kantor bupati didampingi Kabid Kebudayaan, Dinas Pendidikan Kabupaten Morowali, Armin Muhamad Ali., S.Pd., M.Pd. Adapun tim itu terdiri dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yakni Kepala Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, Budaya dan Berkelanjutan, Marlon Nicolay Ramon Ririmasse bersama Biro Komunikasi Publik, Umum dan Kesekretariatan, Rama Putra Siswantara. Dan dari National Museum Of Ethnology-Japan, Rintaro Ono, serta dari Center For Prehistoric and Austronesian Studies-Indonesia, Truman Simanjuntak.
Center For Prehistoric and Austronesian Studies-Indonesia, Truman Simanjuntak menuturkan, kehadirannya bersama yang lain ke Kabupaten Morowali dalam rangka melanjutkan ekskavasi yang sempat terhenti beberapa tahun lalu akibat Pandemi Covid-19.
"Penelitian sebelumnya dilakukan pada Tahun 2016, namun terhenti akibat Pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Sehingga ini merupakan penelitian lanjutan di Situs Topogaro (Gua Prasejarah Topogaro, red)," ujarnya.
Menurutnya, hasil penelitian sebelumnya di tempat itu sudah ditemukan kronologi hunian yang sangat panjang atau bisa dikatakan sejak 42 ribu tahun lebih, kemudian juga temuan-temuan yang memperlihatkan adanya jejaring-jejaring interaksi dengan konteks Regional.
Seperti adanya kesamaan atau kemiripan dengan yang ditemukan di Maros yaitu budaya Serpih Bilah, maupun sisa buruan hewan-hewan liar pada waktu itu. Ataupun temuan-temuan lainnya yang ada hubunganya dengan interaksi situs lain yang ada di seluruh Nusantara.
"Lebih kemudian lagi ada temuan yang disebut dengan Budaya Lapita atau merupakan budaya yang sangat luas, bahkan persebarannya Budaya Lapita ini sampai di Wilayah Pasifik," tambahnya menuturkan.
Dia juga mengatakan bahwa, temuan-temuan yang ada di Situs Topogaro tidak hanya penting dalam lingkup Lokal atau Nasional, tetapi juga hingga di lingkup Internasional.
Karena berkaitan dengan bagaimana mobilitas manusia sejak puluhan ribu tahun lalu bisa masuk dan menyebar di kepulauan-kepulauan dan terus berkembang menjadi budaya hasil adaptasi. Sehingga Situs Topogaro menjadi sangat penting untuk diteliti lebih lanjut.
"Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan melibatkan dari BRIN dan dari Jepang untuk melanjutkan penelitian di wilayah Situs Topogaro. Sehingga kami menemui Bupati Morowali untuk menjelaskan arti pentingnya Situs Topogaro sekaligus perlu adanya upaya melestarikan agar jangan sampai situs itu rusak," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, Budaya dan Berkelanjutan, Marlon Nicolay Ramon Ririmasse mengatakan, pihaknya siap untuk mendukung dalam keberlangsungan riset di Situs Topogaro, yang sebelumnya sempat tertunda.
"Merencanakan akan kembali melakukan risetnya sekitar Bulan November 2023. Rencana kita akan melakukannya dengan skema kolaborasi dengan Museum Ethnology Nasional," ujarnya.
Dia juga berharap agar keberlangsungan riset ini bisa memberikan hasil yang lebih maksimal dan menemukan hasil dengan gambaran yang lebih jelas tentang peradaban-peradaban yang ada di Kabupaten Morowali.
"Kami juga memberikan apresiasi kepada Pemkab Morowali karena sudah mendukung proses riset yang dilakukan. Selain itu pemerintah juga telah bergerak cepat dalam melindungi situs dari kerusakan-kerusakan yakni salah satunya dengan melakukan penetapan Situs Topogaro," tuturnya.
Hal senada disampaikan dari National Museum Of Ethnology-Japan, Rintaro Ono, Dia sangat takjub dengan Situs Topogaro yang berada di Kabupaten Morowali, karena sejak 42 ribu tahun lalu di situs itu ditemukan adanya bukti-bukti kehidupan manusia.
"Menurut saya itu (Situs Topogaro, red) paling tua di Indonesia Timur bahkan di dunia, dan ini sangat penting juga dilakukan riset atau penelitian lebih lanjut untuk menemukan bukti-bukti lainnya," katanya.
Bupati Morowali pada kesempatan tersebut menyampaikan, terimakasih kepada rombongan yang datang di Kabupaten Morowali lebih khusus dalam rangka melaksanakan kegiatan visitasi ke Situs Topogaro yang terletak di Kecamatan Bungku Barat.
Dia juga berharap, dengan hasil riset ini nantinya kedepan Situs Topogaro dapat memberikan dampak atau potensi positif bagi masyarakat seperti menjadi tempat wisata, pendidikan, bahkan di bidang sumber ekonomi.
"Kami juga meminta rekomendasi terkait langkah-langkah apa yang harus kami lakukan agar tidak menimbulkan kerusakan pada cagar budaya di Morowali. Selain itu kami sangat mendukung pada pihak-pihak yang hadir ini agar dapat terus melakukan survei atau riset di Morowali agar bisa terus menggali potensi-potensi cagar budaya yang ada di daerah kami," harp Taslim.
Adapun perlu diketahui juga, riset Situs Topogaro itu juga melibatkan atau menggandeng pihak terkait. Seperti yang turut hadir pada pertemuan di Kantor Bupati Morowali yakni dari KPA Anak Alam Morut, Ahmad Azhar bersama KPA Morake Morowali Hendra Arifianto.