Sunday 27 January 2019
helman kaimu
1504
Morowalikab.go.id – Witaponda – Penanaman padi organik menjadi agenda utama kunjungan kerja Staf Ahli Menteri Pertanian, Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr yang dikemas dalam acara gerakan tanam padi organik di Desa Solonsa Jaya, Kecamatan Witaponda, Minggu (27/01/19).
Kegiatan yang di laksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten Morowali turut di hadiri Wakil Bupati, Dr. H. Najamudin, S.Ag, S.Pd, M.Pd, Guru Besar IPB dan Pembina NOSC, Prof. Dr. Ir. Iswandi Annas Chaniago, M.Sc, Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan Ditjen PSP, Ir. Indah Megawati, M.P, sejumlah Kepala OPD dan Anggota DPRD Kabupaten Morowali serta Ratusan Masyarakat Kecamatan Witaponda.
Bupati, Drs. Taslim dalam sambutannya mengatakan bahwa penanaman padi organik merupakan kegiatan yang dibuat untuk melanjutkan program Morowali SI’E atau Morowali menuju Kabupaten agribisnis.
‘’Saya tegaskan, apa yang kita lakukan hari ini demi kepentingan kita semua. Tidak ada tendensi politik, kami hanya melanjutkan program sebelumnya yang sangat pro rakyat, ‘’ Ungkap Taslim
Apabila kegiatan ini ditekuni dengan serius, lanjut Taslim, maka akan memperoleh banyak hal yang positif khususnya peningkatan produksi pasca panen. ‘’Di daerah lain, mereka memperoleh 10 ton per hektar, untuk dimorowali 8 ton saja sudah luar biasa. Insya Allah dengan metode SRI, akan mendapatkan panen yang berlimpah dan lebih meningkat,’’ ujarnya
Ia berharap, dukungan seluruh masyarakat khususnya petani perlu dimaksimalkan sehingga hasil tanam perdana padi organik akan sukses, ‘’Mudah-mudahan, lahan uji coba seluas 50 hektar ini dimusim tanam perdana akan berhasil dan musim tanam selanjutnya akan meningkat diangka 100 atau 200 hektar,’’ Harap Taslim.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Pertanian, Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr tidak ingin banyak berkomentar sebelum panen menunjukkan hasil yang signifikan. ‘’Dari metode SRI biasanya menghasilkan 10 ton bahkan lebih tetapi saya tidak ingin cerita banyak sebelum panen. Meskipun memang ini bukan yang pertama karena sudah terbukti di 54 negara dan beberapa wialayah di Indonesia,’’ Tuturnya.
Prof. Budi menghimbau petani, untuk tidak menerima bantuan pupuk kimia atau pestisida agar mengoptimalkan proses detoksifikasi pada sawah. ‘’Jika ada bantuan pupuk kimia atau pestisida tolong ditolak. Kami hanya minta 3 sampai 4 kali tanam saja untuk proses detoksifikasi agar tanah menjadi sehat kembali,’’ Tegasnya. Kominfo Morowali/HK/Winda