Monday 08 April 2019
Winda Bestari
1392
Morowalikab.go.id - Bungku - Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali bekerja sama dengan Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada (PSPK UGM) menggelar Penyelarasan Program Desa Lingkar Tambang dengan Visi dan Misi Bupati di Aula Dinas Kesehatan Morowali pada Kamis (4/4/19). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Drs. Harsono Lamusa, Pembina PSPK UGM dan Pimpinan peneliti pertambangan di wilayah Kabupaten Morowali, Prof. Dr. Faruk H.T, serta beberapa Kepala OPD Kabupaten Morowali.
Dalam sambutannya, Harsono Lamusa mengungkapkan bahwa visi dan misi Bupati terkait pembangunan Morowali dituangkan ke dalam perencanaan, program dan kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, dalam proses evaluasi, seluruh program kerja akan terarah pada pencapaian visi dan misi Bupati. "Kalau ada kegiatan yang sesuai dengan visi misi Bupati maka dinilai tercapai kinerjanya. Jika ada kegiatan yang tidak sesuai juga akan dinilai. Tetapi hanya bonus. Tidak termasuk dalam penilaian pencapaian", ungkap Harsono.
Ia menambahkan, Pemda sangat mengapresiasi dan berterimakasih kepada UGM yang telah memberikan perhatian khusus pada Kabupaten Morowali. Menurutnya, UGM bukan saja melakukan penelitian, namun jauh sebelumnya telah lama berpartisipasi dalam mengidentifikasi masalah di Morowali dan memberikan solusi dalam penyelesaiannya. "Atas nama Pemda, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada UGM yang telah lama membantu Morowali khususnya dalam pengabdian kepada masyarakat." tuturnya.
Seperti diketahui, dalam Musrenbang RKPD, telah dibahas bahwa pemerintah akan lakukan improvisasi dengan pihak PSPK UGM pada program yang akan disusun di desa sebagai upaya penyelarasan program kerja agar tidak menyimpang dengan visi dan misi Bupati.
Sementara itu, Prof. Dr. Faruk H.T, mengatakan bahwa penyelerasan program desa dengan visi dan misi Bupati akan didiskusikan bersama dan menjadi masukkan bagi Pemda setempat dalam Focus Group Discussion (FGD). "Draf program yang kami buat hanyalah sebagai masukkan, sehingga dalam penyelarasannya akan kita diskusikan bersama dalam FGD", terangnya.
Guru besar Fakultas Ilmu Budaya tersebut menambahkan, bahwa ada fenomena unik yang terjadi pada wilayah sekitar pertambangan salah satunya yang terjadi di wilayah Bahodopi. Perpaduan antara kebudayaan lokal dengan masyarakat urban akan menimbulkan persoalan - persoalan yang sensitif bagi warga. Menilik fenomena itu, penting untuk mengidentifikasi masalahan yang timbul sehingga pencegahannya dapat dilakukan sedini muungkin. "Karena arus modernisasi yang terjadi begitu pesat, itulah kami datang dan memilih desa di lingkar tambang untuk menjadi tempat pengabdian kami untuk ikut memikirkan bagaimana melihat persoalan dan mencarikan solusi yang kiranya bisa efektif", ungkapnya.
Ia berharap, FGD akan memberikan hasil yang maksimal, dan program kerja yang akan dilaksanakan kedepannya juga selaras dengan visi misi Bupati. Selain itu, ia juga berharap bahwa seluruh elemen mampu menekan masalah yang kiranya akan terjadi kedepannya. "Semoga hari ini kita memperoleh hasil yang maksimal untuk kebaikan kehidupan pedesaan di lingkar tambang terutama kemungkinan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan yang mungkin dalam jangka panjang harus diantisipasi" Harapnya. (Winda/Iksan/Qbl)